Letjen Djamin Ginting: Jejak Seorang Komandan Perjuangan
Foto Djamin Ginting dan Istrinya Likas Tarigan |
Pada masa pendudukan Jepang, Ginting terlibat dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dibentuk oleh pemerintah Republik Indonesia dan kemudian bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. Ia memimpin pasukan TKR yang berpusat di Kabanjahe dan memiliki wilayah komando di Sumatera Timur. Dalam kapasitas ini, ia menjabat sebagai Komandan Batalyon II TKR Kabanjahe dan Wakil Kepala Staf Divisi IV TKR Sumatera Timur di Medan.
Ginting memainkan peran penting dalam perang Medan Area melawan pasukan Inggris dan Belanda yang berakhir pada Desember 1946. Ia kemudian menjadi Komandan Batalyon I Resimen II TRI di Tanjung Balai dan Ketua Biro Perjuangan Daerah XXXIX Sumatera Timur. Keberhasilannya dalam mendamaikan pertikaian antara laskar perjuangan di Sumatera Timur memberikan kontribusi besar terhadap upaya menghadapi pasukan Belanda.
Pada 21 Juli 1947, Ginting memimpin perlawanan melawan agresi Belanda di Front Tanah Karo dan melakukan pengawalan penting terhadap Wakil Presiden Mohammad Hatta. Dalam kondisi sulit, ia memindahkan markas komando resimennya dari Suka ke Bukit Tusam, Lawe Dua, Aceh Tengah, untuk persiapan perang gerilya sesuai perintah Panglima Besar APRI Jenderal Soedirman.
Perang Indonesia-Belanda berakhir dengan perundingan Renville pada Januari 1948, yang mengakibatkan penarikan pasukan Resimen IV TNI pimpinan Ginting ke Kutacane, Aceh Tengah. Selama periode ini, Ginting berjuang melawan pasukan Belanda dan pasukan NST, yang sering bersekutu dengan Belanda.
Dalam agresi militer Belanda kedua pada 19 Desember 1948, Ginting kembali memimpin perlawanan di Sumatera Utara. Meski sempat tertangkap pasukan Belanda, ia dibebaskan setelah kecaman keras dari pemerintah pusat. Setelah perjanjian damai pada akhir 1949, ia diangkat sebagai Komando Basis Kota Medan, yang kemudian menjadi Komando Militer Bukit Barisan.
Karir Ginting terus berkembang, termasuk menjabat sebagai Komandan Resimen II Sumatera Timur dan memimpin penumpasan pemberontak TII dan OPD. Pada 28 Juni 1962, ia pindah ke Jakarta dan diangkat sebagai Asisten II Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani, serta terlibat dalam persiapan pasukan untuk merebut Irian Barat.
Setelah keberhasilan tersebut, Ginting diangkat sebagai pimpinan Sekretaris Bersama (Sekber) Golongan Karya (Golkar) dan Deputi Sekretaris Jenderal Front Nasional. Ia juga memainkan peran penting dalam melawan PKI setelah peristiwa 30 September 1965. Setelah peristiwa tersebut, Ginting diangkat sebagai Inspektur Jenderal Angkatan Darat dan kemudian sebagai Sekretaris Presiden serta Wakil Sekretaris Negara.
Pada tahun 1968, ia menjadi anggota DPRGR dan MPRS, mewakili eksponen Angkatan 45, sebelum diangkat sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Kanada. Letjen Djamin Ginting meninggal dunia pada 23 Oktober 1974 di Ottawa, Kanada, dalam menjalankan tugasnya dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
#pahlawan #biografi
Belum ada Komentar untuk "Letjen Djamin Ginting: Jejak Seorang Komandan Perjuangan"
Posting Komentar