Siska Naomi Panggabean: Hakim Muda yang Menginspirasi dari Kota Sibolga
Siska Naomi Panggabean, S.H. |
Meskipun tidak ada latar belakang hukum dalam keluarganya, Siska sudah menunjukkan ketertarikan terhadap dunia hukum sejak kecil. Ketertarikannya ini bermula dari kebiasaan ayahnya yang gemar mendengarkan berita kriminal di rumah, ditambah dengan kegemarannya membaca rubrik kriminal di koran yang dijual di warung ibunya. Sejak kecil, Siska sudah bercita-cita menjadi seorang hakim.
Pada usia 15 tahun, saat mengikuti tes masuk kelas unggulan di SMA Negeri 1 Kota Sibolga, Siska dengan percaya diri menyatakan bahwa cita-citanya adalah menjadi seorang hakim. Impian ini kemudian menjadi kenyataan seiring berjalannya waktu.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Siska melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan fokus pada hukum pidana. Namun, perjalanannya tidak selalu mulus. Saat masih berstatus mahasiswa baru, ayahnya meninggal dunia. Dalam situasi duka, Siska dan kakak-kakaknya harus saling membantu untuk membiayai kuliah. Meskipun demikian, Siska tetap bersemangat dan berhasil lulus dengan predikat cum laude pada tahun 2017.
Tidak lama setelah lulus, Siska diterima sebagai Calon Hakim di Pengadilan Negeri dan mengikuti pendidikan dan pelatihan di Padang. Setahun kemudian, ia memulai karirnya di Pengadilan Negeri Muaro Kelas II di Sumatera Barat, di mana ia belajar tentang dunia hukum yang sebenarnya, termasuk bagaimana sistem peradilan bekerja dan bagaimana memberikan keadilan yang layak.
Pengalaman baru datang saat Siska dipindahkan ke Pengadilan Negeri Bojonegoro, Jawa Timur. Di sana, ia menghadapi berbagai tantangan baru sampai akhirnya dilantik sebagai Hakim di Pengadilan Negeri Lubuk Basung, Sumatera Barat. Di sini, Siska menjadi hakim perempuan termuda dan satu-satunya di lingkungan yang didominasi oleh pria. Meskipun harus menunggu pelantikan lebih lama, Siska memanfaatkan waktu tersebut untuk memperdalam ilmu dan mengikuti berbagai pelatihan yang menunjang karirnya.
Selain berkarir di dunia hukum, Siska juga aktif dalam berbagai isu sosial. Ia mendirikan gerakan Sibolga Inklusif yang fokus pada pemberdayaan penyandang disabilitas di Sumatera Utara. Bagi Siska, berbagi ilmu dan berkontribusi kepada masyarakat adalah bagian penting dari hidupnya. Ilmu yang ia peroleh bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga harus bermanfaat bagi banyak orang.
Sebagai hakim, Siska terus berkarya. Melalui tulisan-tulisannya di berbagai media, ia mengangkat isu-isu penting seperti aksesibilitas penyandang disabilitas dalam sistem peradilan dan restorative justice. Tulisan-tulisannya mencerminkan kepeduliannya terhadap masalah sosial dan hukum di Indonesia.
Pada akhir tahun 2020, Siska memulai babak baru di Pengadilan Negeri Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Di sini, ia mendapatkan penghargaan sebagai Role Model Mediator karena keberhasilannya dalam memediasi berbagai perkara, termasuk ganti rugi dari pemerintah. Menjadi hakim muda dan perempuan di lingkungan yang didominasi pria, Siska membuktikan bahwa usia dan gender bukanlah penghalang untuk sukses.
Saat mengandung anak pertama, Siska menghadapi pengalaman yang menguji integritasnya sebagai Ketua Majelis Perkara. Ia menangani kasus perjudian online yang awalnya tampak biasa. Namun, selama persidangan, ada seorang ibu hamil yang sering hadir untuk menyaksikan proses persidangan suaminya. Setelah persidangan selesai, ibu tersebut menawarkan sejumlah uang kepada Siska dengan harapan agar hukuman suaminya dapat diringankan.
Meskipun merasa tertekan dengan tawaran tersebut, Siska, yang saat itu sedang mengandung anak pertama, menolak tawaran tersebut demi menjaga integritasnya dan tidak melanggar sumpah yang telah diambilnya. Meski demikian, ia bersama anggota majelis lainnya tetap mempertimbangkan faktor-faktor yang meringankan hukuman terdakwa, meskipun keputusan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan tuntutan Jaksa.
Pengalaman ini mengajarkan Siska pentingnya menjaga integritas dalam setiap keputusan yang diambil. Sejak saat itu, Siska dengan tegas menolak tawaran serupa dari keluarga terdakwa, apapun situasinya. Baginya, sangat tidak manusiawi untuk mengeksploitasi keluarga yang sudah mengalami kesulitan, apalagi dengan iming-iming uang.
Di tengah kesibukannya berkarir, Siska juga menjalani peran sebagai ibu muda. Meskipun sempat harus menjalani hubungan jarak jauh karena pekerjaan, Siska tetap berhasil menyeimbangkan antara karir dan kehidupan keluarganya. Tantangan ini dianggapnya sebagai kesempatan untuk terus belajar dan berkembang.
Setelah dipromosikan ke Pengadilan Negeri Bontang di Kalimantan Timur, Siska tetap berkomitmen untuk memberikan keadilan dan menjadi teladan di profesinya. Dengan dukungan dari keluarga, terutama suami, Siska terus maju, mengatasi berbagai tantangan, dan berkontribusi untuk membuat perubahan positif di masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Siska, "Kita bisa mulai dari diri kita sendiri untuk mendefinisikan siapa kita, akan jadi siapa, dan orang seperti apa kita di tengah-tengah masyarakat. Usia muda bukan kelemahan, tapi kesempatan untuk menyerap lebih banyak ilmu dan pengalaman dari berbagai sisi."
Belum ada Komentar untuk "Siska Naomi Panggabean: Hakim Muda yang Menginspirasi dari Kota Sibolga"
Posting Komentar