Legend Dari Kota Sibolga : Kisah dan Karya Abadi Rinto Harahap
Tahun 1970-an menjadi awal mula kesuksesan Rinto ketika dia, bersama kakaknya Erwin Harahap, serta dua sahabatnya, Charles Hutagalung dan Reynold Panggabean, membentuk grup band The Mercy's. The Mercy's menjadi salah satu band paling populer di era tersebut, dengan lagu-lagu yang menjadi hit seperti "Semua Bisa Bilang" dan "Usah Kau Harap Lagi." Bisa dibilang, The Mercy's menjadi rival besar dari Koes Plus, band legendaris lainnya yang juga berjaya di masa itu. Keberhasilan ini membuat nama Rinto melambung dan menjadikannya sosok penting di kancah musik pop Indonesia.
Namun, Rinto nggak cuma aktif di dunia band. Setelah The Mercy's bubar, Rinto membangun perusahaan rekamannya sendiri yang bernama Lolypop. Dari sini, ia mulai berperan sebagai produser sekaligus pencipta lagu bagi banyak penyanyi yang kini kita kenal sebagai legenda. Penyanyi-penyanyi besar seperti Nia Daniati, Betharia Sonata, Christine Panjaitan, Iis Sugianto, dan Eddy Silitonga semua pernah merasakan sentuhan emas Rinto dalam karier mereka. Lagu-lagu ciptaan Rinto yang melankolis, romantis, dan penuh pesan hidup berhasil mengangkat popularitas mereka.
Rinto sendiri juga nggak berhenti sebagai komposer dan produser. Dia sempat merilis album sebagai penyanyi, dan bakatnya yang serba bisa ini mendapat pengakuan resmi dari pemerintah. Pada bulan Maret 1982, Rinto dianugerahi Anugerah Seni dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai pencipta lagu sekaligus penyanyi berprestasi. Nggak cuma di Indonesia, Rinto bahkan dipercaya oleh perusahaan rekaman Filipina, WEA Record, untuk mengekspor lagu-lagunya ke luar negeri. Sayangnya, beberapa karya Rinto sempat dibajak dan dinyanyikan dalam bahasa Mandarin dan Tagalog tanpa izin, sesuatu yang sering terjadi di masa itu karena perlindungan hak cipta yang masih lemah.
Di tengah kesuksesannya, Rinto juga dipercaya menjadi Ketua Umum Yayasan Karya Cipta Indonesia (KCI), sebuah organisasi yang mengurusi hak cipta musisi. Namun, saat kesehatannya menurun akibat stroke, Rinto harus mundur dari posisinya, dan digantikan oleh musisi lain, Munif Bahasuan.
Dalam kehidupan pribadinya, Rinto menikah dengan Lily Kuslolita, seorang wanita asal Solo, pada 9 November 1973. Meski usia mereka terpaut tiga tahun, pernikahan ini langgeng dan mereka dikaruniai tiga anak. Anak sulung mereka, Cindy Claudia Harahap, juga mengikuti jejak sang ayah di dunia hiburan dan menjadi penyanyi serta aktris yang cukup dikenal.
Sayangnya, pada akhir hidupnya, Rinto harus berjuang melawan kanker tulang dan stroke. Setelah beberapa waktu dirawat di Jakarta, pada 9 Februari 2015, Rinto meninggal dunia di RS Mount Elizabeth, Singapura, pada usia 65 tahun. Kepergian Rinto menjadi duka mendalam bagi dunia musik Indonesia yang kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Lagu-lagu Rinto yang menyentuh dan penuh makna nggak hanya mencerminkan cerita cinta, tapi juga kehidupan, kekecewaan, dan nasihat yang relevan bagi banyak orang. Karyanya yang sangat produktif—dengan lebih dari seratus lagu yang ia ciptakan—menjadikannya sebagai salah satu komposer paling berpengaruh di Indonesia.
Sampai sekarang, lagu-lagu ciptaan Rinto masih terus dikenang dan diaransemen ulang oleh banyak musisi muda. Peterpan dan Candil pernah menyanyikan ulang lagu "Ayah," sementara Andy /rif merilis ulang "Jangan Sakiti Hatinya," yang dulu dipopulerkan oleh Iis Sugianto. Lagu-lagu Rinto tetap hidup, menjadi bagian dari perjalanan musik Indonesia yang tak lekang oleh waktu.
Rinto Harahap bukan hanya pencipta lagu, dia adalah penggubah cerita kehidupan dalam bentuk musik. Dengan gaya khasnya yang melankolis dan romantis, Rinto berhasil membuat lagu-lagunya abadi. Meski kini dia telah berpulang, warisan musiknya akan selalu hidup di hati para pecinta musik Indonesia.
#Musik #Legenda #Indonesia #Pop #Komposer #Penyanyi #Produser #Sejarah #Karya #Warisan #RintoHarahap
Belum ada Komentar untuk "Legend Dari Kota Sibolga : Kisah dan Karya Abadi Rinto Harahap"
Posting Komentar