Asal Mula Segalanya: Revolusi Kognitif yang Bikin Kita Bisa Ngobrol dan Bercerita

The Flood Sapiens A Brieff History of Humankind
Pernah nggak sih kamu berpikir, kok bisa ya manusia zaman dulu yang cuma berburu dan ngumpul makanan, sekarang bisa bikin kota, negara, bahkan punya aturan yang super kompleks? Nah, jawabannya ada di revolusi kognitif. Ini bukan revolusi kayak perang atau demonstrasi, tapi lebih ke evolusi cara otak manusia bekerja. Dalam bab “The Flood” dari buku Sapiens: A Brief History of Humankind, Yuval Noah Harari membahas gimana kemampuan berpikir manusia mengalami peningkatan besar. Awalnya, manusia mungkin cuma bisa komunikasi sederhana, tapi di satu titik sejarah, otak kita “tercerahkan” dan bisa bikin bahasa yang lebih kompleks. Ini bikin kita bisa nyiptain konsep abstrak seperti mitos, legenda, hingga agama yang pada akhirnya ngejadiin kita makhluk yang punya struktur sosial rumit.

Bayangin, kalau kita cuma punya kemampuan berpikir kayak hewan lain, mungkin kita bakal tetap tinggal di gua, nggak bakal ada negara atau bahkan teknologi canggih seperti sekarang. Tapi dengan adanya revolusi kognitif, manusia bisa membangun sistem sosial yang besar dan terorganisir. Kita mulai bisa kerjasama, percaya pada sesuatu yang nggak kelihatan kayak dewa, roh, atau aturan-aturan moral. Bahkan, kemampuan untuk membuat cerita dan mitos ini ngebantu manusia untuk bersatu dalam kelompok besar tanpa harus saling kenal secara personal. Misalnya, manusia bisa percaya pada mitos yang sama atau hukum yang sama, jadi meskipun ketemu orang asing, kita bisa tetap satu tim. Itulah yang bikin revolusi ini punya dampak besar dalam perkembangan peradaban manusia.

Rangkuman Bagian 1 - Revolusi Kognitif

Bab 4 "The Flood"

Bab “The Flood” dalam buku Sapiens: A Brief History of Humankind membahas tentang perubahan drastis dalam kemampuan kognitif manusia yang membuat kita berbeda jauh dari spesies lain. Harari menyebut momen ini sebagai “Banjir Kognitif” (The Flood), saat di mana kemampuan otak manusia berkembang pesat dan membuka jalan bagi kita untuk menciptakan konsep-konsep yang lebih abstrak. Revolusi kognitif ini ditandai dengan kemampuan manusia untuk berpikir dan berkomunikasi menggunakan bahasa yang jauh lebih kompleks daripada sekadar isyarat atau suara dasar seperti yang digunakan oleh hewan lain.

Dengan kemampuan ini, manusia bisa membentuk dan memahami konsep-konsep abstrak, seperti mitos, legenda, dan kepercayaan. Mitos dan kepercayaan ini bukan sekadar cerita kosong; mereka menjadi fondasi dari struktur sosial awal manusia. Dalam bab ini, Harari menekankan betapa pentingnya mitos bagi manusia untuk dapat bekerja sama dalam kelompok besar. Sebelum adanya revolusi kognitif, manusia hanya bisa bekerja sama dalam kelompok kecil yang anggotanya saling mengenal. Tapi dengan adanya mitos atau cerita bersama yang dipercaya banyak orang, manusia bisa membangun komunitas besar yang tetap terikat meskipun mereka tidak saling kenal secara pribadi.

Misalnya, kepercayaan pada dewa atau roh tertentu memungkinkan manusia dari berbagai kelompok untuk bersatu dan hidup bersama dalam satu struktur sosial yang sama. Mitos juga memfasilitasi lahirnya aturan dan norma yang diikuti oleh kelompok manusia tersebut, yang membantu mereka menjaga keteraturan dan kerjasama dalam komunitas besar. Selain itu, kepercayaan kolektif yang terbentuk melalui cerita dan mitos juga memberi manusia kemampuan untuk mempercayai hal-hal abstrak seperti “hak asasi,” “keadilan,” atau “tanggung jawab.” Ini adalah ide-ide yang tidak punya bentuk fisik, tetapi tetap diyakini dan ditaati secara sosial.

Perkembangan bahasa dan komunikasi ini memungkinkan manusia untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan rencana dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya. Melalui bahasa, manusia bisa menyampaikan informasi yang lebih detail dan spesifik, sehingga mampu merencanakan strategi berburu atau membangun tempat tinggal bersama. Bahasa ini bukan cuma alat komunikasi, tapi juga alat untuk membangun hubungan emosional dan kepercayaan dalam kelompok besar. Jadi, melalui bahasa yang lebih rumit dan ide-ide yang abstrak, manusia akhirnya bisa menciptakan “realitas bersama” yang menjadi landasan dari komunitas besar yang lebih stabil dan terstruktur.

Pada akhirnya, bab “The Flood” menunjukkan bahwa tanpa adanya kemampuan berpikir dan berkomunikasi secara kompleks ini, manusia mungkin tidak akan mampu membangun peradaban. Revolusi kognitif memberikan manusia keunggulan untuk menjadi spesies yang tidak hanya bisa bertahan hidup, tapi juga membentuk dunia di sekitarnya sesuai dengan keinginan mereka.

#history #evolution #culture #society #myth #cognition #language #humanity #belief #knowledge

Belum ada Komentar untuk "Asal Mula Segalanya: Revolusi Kognitif yang Bikin Kita Bisa Ngobrol dan Bercerita"

Posting Komentar