Cerita Perjalanan Hidup Yasonna Laoly: Menteri, Akademisi, dan Anak Nias yang Menginspirasi
Awal Perjalanan: "Blasteran" Nias-Batak yang Cerdas
Nama Yasonna sendiri punya makna filosofis. Dalam bahasa Nias, “Yaso Nasa” berarti “masih ada lagi,” mencerminkan harapan ayahnya untuk memiliki lebih banyak anak setelah kelahirannya. Sementara “Hamonangan” adalah kata dalam bahasa Batak yang berarti “kemenangan.” Nama ini seakan merangkum perjalanan hidup Yasonna yang penuh perjuangan menuju kemenangan.
Ia tumbuh di keluarga campuran Nias-Batak, yakni ayah bersuku Nias bernama F. Laoly dan ibu bersuku Batak bernama R. Sihite. Kehidupan masa kecilnya sederhana, namun penuh makna. Ketegasan sang ayah yang adalah seorang polisi berpangkat mayor sekaligus tokoh masyarakat Nias di Tapanuli tengah dan kasih sayang ibu membentuk karakter Yasonna sebagai anak yang rajin, disiplin, dan bertanggung jawab.
Masa Muda: Dari Calon Pendeta ke Mahasiswa Hukum
Semasa SMA, Yasonna sempat bercita-cita menjadi pendeta atas keinginan sang ayah. Namun, kunjungan ke Universitas Sumatera Utara (USU) mengubah segalanya. Ia terpikat pada dunia hukum dan memutuskan kuliah di Fakultas Hukum USU. Keputusan itu awalnya ditentang ayahnya, tetapi Yasonna berhasil membuktikan pilihan itu tepat. Ia menjadi mahasiswa berprestasi, bahkan mendapat predikat “lulus bersih,” sebuah pencapaian langka di masa itu.
Selain kuliah, ia aktif di organisasi seperti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan membentuk Kesatuan Mahasiswa Nias (KMN) untuk menyatukan mahasiswa Nias yang terpecah. Jiwa kepemimpinannya sudah terlihat sejak muda.
Karier: Pengacara, Dosen, Hingga Menteri
Setelah lulus pada 1978, Yasonna sempat melamar sebagai dosen di USU, namun ditolak. Ia pun merintis karier sebagai pengacara independen. Dengan kegigihan, ia menangani berbagai kasus, mulai dari perceraian hingga pembelaan terhadap terpidana mati. Pernikahannya dengan Elisye W. Ketaren menjadi titik balik lain dalam hidupnya. Bersama Elisye, ia dikaruniai empat anak.
Takdir membawa Yasonna ke dunia akademisi ketika ia akhirnya diangkat sebagai dosen dan kemudian Guru Besar Ilmu Kriminologi di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK). Namun, pencapaian terbesar Yasonna adalah saat Presiden Joko Widodo menunjuknya sebagai Menkumham pada 2014. Ia mencetak sejarah sebagai Ono Niha pertama yang menduduki jabatan menteri.
Dua Periode dan Tugas Besar
Sebagai Menkumham, Yasonna dikenal tegas dan inovatif. Di periode pertamanya, ia menciptakan berbagai terobosan dalam sistem hukum. Ketika Jokowi terpilih kembali pada 2019, Yasonna dipercaya lagi untuk posisi yang sama, meski sudah dilantik sebagai anggota DPR sebelumnya. Salah satu tugas besar yang dipercayakan kepadanya adalah menangani Omnibus Law, sebuah undang-undang besar yang menjadi sorotan publik.
Nilai-Nilai Kehidupan
Kisah hidup Yasonna tak lepas dari nilai yang diajarkan oleh orang tuanya. Meski hidup dalam keterbatasan, keluarganya selalu menekankan pentingnya pendidikan dan membantu sesama. Ia tumbuh dalam rumah yang sering dipenuhi tamu dari Nias yang membutuhkan bantuan, sebuah pengalaman yang mengajarkan nilai keikhlasan dan solidaritas.
Inspirasi Bagi Generasi Muda
Kisah Yasonna Laoly adalah bukti nyata bahwa asal-usul bukan penghalang untuk meraih mimpi besar. Dengan semangat pantang menyerah dan dedikasi, ia berhasil mengukir sejarah, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk komunitasnya. Generasi muda Indonesia, terutama dari Nias, memiliki teladan kuat dalam sosok Yasonna: bahwa mimpi besar bisa tercapai jika diperjuangkan dengan sepenuh hati.
Belum ada Komentar untuk "Cerita Perjalanan Hidup Yasonna Laoly: Menteri, Akademisi, dan Anak Nias yang Menginspirasi"
Posting Komentar