History’s Biggest Fraud: Benarkah Pertanian Adalah Penipuan Terbesar?

Sejarah Penipuan Terbesar
Pernah nggak sih kamu berpikir kenapa kita nggak lagi hidup nomaden atau berburu untuk makan sehari-hari? Kok kita malah repot-repot bercocok tanam, menetap, dan membangun desa, kota, bahkan peradaban? Nah, di buku Sapiens: A Brief History of Humankind, Yuval Noah Harari bilang kalau sebenarnya perubahan besar itu berawal dari Revolusi Pertanian. Sebelum itu, manusia hidup bebas sebagai pemburu-pengumpul, berpindah-pindah tempat buat mencari makanan. Dan tahu nggak, Harari menyebutkan kalau Revolusi Pertanian ini adalah "penipuan terbesar dalam sejarah." Lho, kok bisa?

Intinya, Harari berargumen bahwa meski bertani bikin kita punya stok makanan lebih stabil, nyatanya hidup manusia malah jadi lebih berat. Bayangin, dengan bercocok tanam, kita jadi terikat sama satu tempat, harus kerja keras, dan malah bikin ketergantungan sama tanaman-tanaman tertentu. Belum lagi, peralihan ini membawa banyak perubahan sosial yang bikin manusia harus bikin aturan-aturan baru dan bahkan memulai sistem kelas sosial. Sebelumnya, kita hidup setara, nggak ada pemilik atau pekerja; semua orang punya peran penting.

Jadi, Revolusi Pertanian mungkin terdengar keren, tapi sebenarnya membawa tantangan besar buat manusia dan mengubah total cara kita hidup. Dari yang dulunya santai, jadi lebih berat dan kompleks. Kalau kamu penasaran kenapa, yuk kita bahas lebih dalam di bab "History’s Biggest Fraud" dari buku Sapiens ini.

Rangkuman Bagian 1: Revolusi Kognitif 

Bab 5: History’s Biggest Fraud

Di bab ini, Yuval Noah Harari membahas tentang dampak besar yang ditimbulkan oleh Revolusi Pertanian. Menurut Harari, meskipun kedengarannya keren, revolusi ini sebenarnya bisa disebut sebagai "penipuan besar." Kenapa? Karena meskipun manusia beralih ke pertanian untuk mendapat pasokan makanan yang stabil, perubahan ini justru membuat hidup mereka jadi lebih rumit dan sulit.

Sebelum Revolusi Pertanian, manusia hidup sebagai pemburu-pengumpul yang relatif bebas. Mereka punya variasi makanan, punya banyak waktu luang, dan nggak terikat dengan satu tempat. Kehidupan mereka, walaupun sederhana, ternyata punya banyak keuntungan. Mereka nggak harus bekerja keras sepanjang hari, karena makanan mereka datang dari alam sekitar yang menyediakan berbagai macam sumber daya.

Namun, dengan munculnya pertanian, pola hidup manusia berubah drastis. Mereka mulai menetap di satu tempat, menghabiskan banyak waktu untuk mengolah tanah, menanam, dan merawat tanaman seperti gandum dan padi. Harari menjelaskan bahwa manusia menjadi lebih terikat dengan tanah yang mereka garap. Bahkan, tanaman seperti gandum malah bisa dibilang yang "menguasai" manusia, karena manusia terus-menerus menghabiskan waktu dan tenaga untuk memastikan tanaman itu tumbuh dengan baik. Alhasil, manusia menjadi lebih rentan terhadap kelaparan jika terjadi kegagalan panen, karena mereka sangat bergantung pada satu atau dua jenis tanaman saja.

Perubahan ini juga membawa dampak sosial yang besar. Karena manusia harus bekerja keras dan mengorganisir kehidupan mereka di sekitar pertanian, mereka mulai membentuk struktur sosial baru. Munculnya kelas-kelas sosial dan hierarki kekuasaan adalah efek samping dari Revolusi Pertanian. Ada pemilik tanah yang lebih kaya dan punya kekuasaan, sementara yang lain bekerja untuk mereka. Ketimpangan sosial yang sebelumnya nggak ada di masyarakat pemburu-pengumpul mulai terlihat di era pertanian.

Selain itu, meski pertanian memberi stok makanan yang lebih stabil, kualitas hidup manusia justru menurun dalam beberapa aspek. Pertanian memaksa manusia untuk bekerja lebih keras dan dalam kondisi fisik yang kurang ideal, sehingga rentan terhadap penyakit dan cedera. Penyakit menular juga lebih mudah menyebar karena manusia hidup berdekatan dan menetap di satu tempat, tidak seperti dulu ketika mereka sering berpindah-pindah.

Harari juga menyoroti bagaimana Revolusi Pertanian mempengaruhi hubungan manusia dengan lingkungannya. Sebelumnya, manusia hidup selaras dengan alam, hanya mengambil secukupnya dari lingkungan. Tapi setelah bertani, manusia mulai mengeksploitasi lahan untuk kebutuhan tanaman mereka, yang sering kali mengorbankan keanekaragaman hayati. Hutan-hutan dibuka, dan hewan-hewan liar dipaksa untuk pindah atau bahkan punah demi menyediakan lahan untuk pertanian.

Jadi, meskipun Revolusi Pertanian membawa perubahan besar dan memungkinkan perkembangan peradaban manusia, Harari menilai bahwa perubahan ini juga punya banyak sisi negatif. Kehidupan manusia menjadi lebih terstruktur dan kompleks, tapi juga lebih berat dan penuh tantangan. Di sisi lain, kemampuan kognitif manusia yang makin berkembang memungkinkan mereka untuk menciptakan bahasa dan sistem komunikasi yang lebih kompleks, yang penting dalam membangun dan mengelola masyarakat yang lebih besar. Menurut Harari, inilah awal dari berbagai tantangan dan masalah yang kita hadapi hingga sekarang.

#Sejarah #Manusia #Pertanian #Perubahan #Revolusi #Evolusi #Budaya #Kognitif #Sosial #Masyarakat #Pengaruh #Ekonomi #Lingkungan

Belum ada Komentar untuk "History’s Biggest Fraud: Benarkah Pertanian Adalah Penipuan Terbesar?"

Posting Komentar